Samarinda, Busam.ID -Selyca Mulia Hotel, sebuah bangunan megah yang berdiri gagah di pusat kota, mengalami perubahan drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Dulu, hotel ini merupakan destinasi yang ramai dikunjungi oleh masyarakat, terutama saat ramainya pengunjung Plaza Mulia. Namun, saat ini suasana di hotel ini sangat berbeda.
Hotel yang terdiri dari 12 lantai ini kini tampak sunyi. Hanya beberapa karyawan hotel yang bekerja di dalamnya, dan pengunjung yang hilir mudik tidak seramai jika dibandingkan dengan kondisi hotel lima tahun lalu.
Bahkan, 20 kamar dari total 140 kamar yang dimiliki hotel ini, belum bisa beroperasi karena masih dalam kondisi rusak.
Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar pada hotel ini, seperti halnya terjadi pada banyak bisnis lainnya.
General Manager Selyca Mulia Hotel, Yanuar Irawadi, mengungkapkan bahwa hotelnya saat ini tidak menghasilkan profit, dan pemasukan yang ada hanya cukup untuk membayar biaya operasional. Untuk bertahan, karyawan pun harus dikurangi.
“Namun, hotel ini tidak menyerah begitu saja. Kami memiliki visi untuk menjadi hotel syar’i dan menawarkan kamar gratis kepada pendakwah. Konsep ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa hotel ini masih bertahan, mengandalkan kekuatan spiritual dalam menghadapi kesulitan,” paparnya.
Selain itu, Selyca Mulia Hotel telah menjadi pusat pertukaran edukasi di dunia pendidikan, terutama dalam bidang hotelier.
“Sekitar 20 sekolah telah menjalin kerjasama dengan hotel ini. Tenaga pendidik dari sekolah-sekolah tersebut dilatih oleh pegawai hotel yang sudah berpengalaman dalam ilmu perhotelan. Dan sebaliknya, siswa yang ingin magang dapat belajar di hotel ini,” jelas Yanuar.
Meskipun saat ini Selyca Mulia Hotel sedang berjuang untuk bertahan, ia berharap suatu hari nanti kejayaan hotel ini dapat bangkit seperti masa lalu.
Mereka juga menantikan kedatangan seorang investor yang dapat membantu memulihkan kondisi hotel dan Plaza Mulia, karena status keduanya tidak dapat dipisahkan dan menjadi satu kesatuan. (Ryan)
Editor : A Risa
