Samarinda, Busam.ID – Sampah dan Banjir sepertinya dua sekawan karib yang sulit dipisahkan. Karena sampah menyumbat dan mendangkalkan parit, akhirnya ketika musim penghujan tiba banjir tak dapat dielakkan. Pun ketika banjir, pasca kejadiannya menyisakan sampah di mana-mana yang membuat mata tak nyaman memandang, belum bau yang ditimbulkan.
Keadaan itu yang ternyata membuat ibu Ketua RT 01 Air Putih Samarinda Ulu Aslin Noor ini geram dan gusar, manakala banjir terjadi pihaknya selaku pemangku masyarakat di lingkungan rukun tetangganya, menjadi tempat keluh kesah warga. Pun ketika masalah sampah menyeruak, dirinya yang menjadi sorotan pihak luar akan kebersihan lingkungan di RT-nya.

“Jadi seperti kena kanan kiri gitu,” cetus Alin.
Alin sapaan akrabnya lantas mengeluhkan, kesadaran buang sampah tepat waktu pada warganya sangat rendah. Sementara buang sampah tepatwaktu itu, meminimalisir dampak bau tak sedap ke sekitar bak sampah. Di samping menghindari binatang mengacak-acak sampah hingga terjatuh ke parit atau terhambur di jalanan.
Alin yang sudah dua periode menjabat Ketua RT 01 ini menilai, aturan jam pembuangan sampah yang diberlakukan di Kota Samarinda pada faktanya masih banyak yang tidak mematuhinya. Dilatari fakta tersebut, ketidakdisplinan masyarakat membuang sampah pada jam yang ditentukan, menurut Alin sudah waktunya dievaluasi Pemkot Samarinda.
“Jadi Pemkot sudah bagus tentang aturan pembuangan sampah ini. Tapi masih banyak masyarakat yang belum mematuhinya. Mungkin di awal-awal tertib, tapi makin kesini makin sembarangan buanpaya tidak mengganggu lingkungan,g sampahnya. Sikap tertib panas-panas tai ayam ini yang perlu dievaluasi dan dicarikan jalan keluar supaya tidak mengganggu lingkungan,” timpal Alin.
Sebenarnya ihwal sampah ini, pihaknya sudah membuat aturan yang bertujuan memudahkan warga dalam membuang sampah mereka. Yakni dengan mengerahkan jasa pungut sampah dari rumah ke rumah.
Petugas jasa pungut sampah dari rumah ke rumah ini yang akan menyimpankan sampah sebelum membuangnya ke bak sampah terdekat pada jam yang dibolehkan buang sampah. Namun cara ini tidak gratis, warga dipungut iuran per bulan Rp35 ribu yang dananya dikumpulkan untuk menggaji sang juru pungut sampah.
“Sudah diupayakan begini lo, masih ada aja yang mangkir. Intinya tidak ihklas ditarik iuran sehari kurang lebih Rp1000, warga tidak perlu repot lagi buang sampah. Ada petugas yang akan mengambil sampah dari rumah ke rumah,” omel Alin.
Selain sampah, wanita 50 tahun ini juga mengeluhkan kawasan yang dipimpinnya kerap jadi langganan banjir. Penyebab banjir utamanya menurut Aslin karena anak sungai yang melintasi RT 01 mengalami pendangkalan, serta banyak endapan sampah yang dibuang warga ke sungai, mengganggu proses aliran airke sungai besar.
“Tempat saya di depan kan langganan banjir. Karena air dari suryanata ngalirnya ke sini. Ditambah anak sungai yang di sebelah sudah dangkal dan mampet karena banyak sampah. Jadi kalau hujan sebentar pasti banjir,” terangnya.
Karena sebagian warganya terdampak banjir, Aslin berharap Pemkot bisa secepatnya melakukan langkah-langkah penting menanggulangi banjir jika musim hujan tiba.
Setidaknya dengan program pembersihan parit dan gorong-gorong, termasuk sungai dan anak sungainya yang menampung limpahan air, dari berbagai endapan dan sumbatan. Tak lupa dia menitip pesan, supaya Pemkot bisa membuat program edukasi bagi warga untuk tertib membuang sampah. (kn/tw/an)








