BusamID – Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) mulai dikejar Pemerintah Pusat. Setidaknya sarana air bersih mulai dikerucutkan dengan target Bendungan Sepaku akan selesai awal 2023 selanjutnya enam bulan kemudian sudah dapat diisi air (impounding).
Pembangunan Bendungan itu sudah dimulai pada Juli 2020 silam, diproyeksikan menjadi infrastruktur penunjang di Ibu Kota Negara yang baru. Bendungan Sepaku Semoi di Desa Tengin Baru PPU dibangun di area seluas 378 hektare dan memiliki kapasitas 11 juta meter kubik.
Pelaksanan pembangunan Bendungan Sepaku Semoi adalah PT Brantas Abipraya yang merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dengan saham 100 persen milik Pemerintah RI. Menurut Miftakhul Anas, Sekretaris PT Brantas Abipraya, kehadiran Bendungan Sepaku Semoi akan menambah pasokan air baku untuk wilayah Balikpapan dan Penajam Paser Utara. Ini mengingat luas genangannya mencapai 280 hektare, sehingga pada saat musim kemarau bendungan ini dapat menyuplai air ke area persawahan milik warga, guna meningkatkan produktivitas pertanian. Ditambah lagi, adanya bendungan ini dapat mengurangi banjir hingga 55 persen di daerah aliran sungai (DAS) Sungai Tengin.
Lebih lanjut dia mengatakan Bendungan Sepaku Semoi memiliki ketinggian 25000 meter dari pondasi. Dengan tipe bendungan urugan tanah homogen dan panjang mencapai 450 meter, bendungan ini pun nantinya berpotensi menjadi salah satu destinasi wisata di Kalimantan Timur.
Selain Bendungan Sepaku Semoi, saat ini Brantas Abipraya juga sedang mengerjakan beberapa proyek bendungan dan irigasi yang menjadi PSN. Lokasinya tersebar di berbagai daerah di Tanah Air, seperti Bendungan Bener yang terletak di Purworejo-Jawa Tengah dan Bendungan Semantok di Nganjuk, Jawa Timur yang bakal menjadi bendungan terpanjang se-Asia Tenggara, serta Bendungan Ciawi di Jawa Barat yang merupakan bendungan kering pertama di Indonesia.
“Pembangunan bendungan dan pembangkit listrik menjadi sangat penting, ini merupakan bukti Brantas Abipraya selalu hadir untuk Indonesia dalam mempersiapkan infrastruktur guna mendukung pemerintah mengatasi tantangan perubahan iklim global. Melalui bendungan kita dapat meningkatkan produktivitas pertanian, memudahkan masyarakat sekitar dalam memperoleh air bersih yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat, serta meningkatkan perekonomian masyarakat,” papar Miftakhul secara tertulis.
Selain memberi nilai tambah, dia berharap karya infrastruktur sumber daya air yang sedang dikerjakan dan telah dirampungkan oleh Brantas Abipraya bisa menjawab tantangan climate change yang dihadapi saat ini. Kondisi ini menyebabkan kekurangan air pada musim kemarau yang berkepanjangan dan curah hujan yang tiba-tiba sangat tinggi dapat mendatangkan bencana banjir.
Di samping itu, Brantas Abipraya lewat anak usahanya Brantas Energi (BREN) mendukung pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia melalui pembangunan dan pengoperasian beberapa PLTM dan PLTS.
Adapun beberapa PLTM yang telah dibangun dan beroperasi adalah PLTM Padang Guci-1 3X2 MW, PLTM Sako-1 2X3 MW, PLTM Padang Guci-2 2X3,5 MW dan PLTS Gorontalo sebesar 2 MWp. Pihaknya menargetkan mampu mengoperasikan PLTM Maiting Hulu-2 di Toraja Utara, Sulawesi Selatan pada tahun ini.
Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono mengatakan bendungan yang memiliki luas genangan 280 hektar dan kapasitas tampung 10,6 juta m3 ini sudah cukup lama direncanakan. Bendungan ini utamanya diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan air baku Kota Balikpapan. Namun selanjutnya dengan adanya IKN akan dioptimalkan untuk penyediaan air baku berkapasitas 2500 liter/detik dan mereduksi banjir 55%.
“Dengan adanya Bendungan Sepaku Semoi penyediaan air baku IKN masih cukup hingga 2030. Ke depan kita juga akan tambah dengan membangun Bendungan Batu Lepek dan Bendungan Selamayu, sementara untuk pengendalian banjir di IKN jaringan drainase-nya sedang kita desain untuk segera dikerjakan,” tutur Menteri Basuki.
Bendungan Batu Lepek sendiri memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan air baku sebesar 5000 liter/detik dan telah dilaksanakan studi kelayakan pada 2020. Sementara studi kelayakan Bendungan Selamayu telah dilakukan pada 2021 dengan potensi air baku sebesar 3950 liter/detik.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Harya Muldianto mengatakan, progres konstruksi Bendungan Sepaku Semoi hingga pertengahan Februari 2022 sebesar 37 %, meliputi pekerjaan penyiapan bangunan pelimpah, bangunan pengelak dan tubuh bendungan meliputi main caver dam.
“Sesuai kontrak bendungan ini ditargetkan selesai akhir tahun 2023, namun akan kami percepat pertengahan 2023 sudah bisa impounding (pengisian awal), setelah fisiknya selesai di awal 2023,” kata Harya Muldianto.
Pembangunan Bendungan Sepaku Semoi dikerjakan dengan skema kontrak tahun jamak hingga tahun 2023 senilai Rp556 miliar dengan kontraktor pelaksana PT Brantas Abipraya bersama PT Sacna dan PT BRP (KSO).
Di Provinsi Kaltim sendiri sudah terdapat 6 tampungan air yang dimanfaatkan untuk cadangan air daerah, yakni Bendungan Manggar di Balikpapan (kapasitas tampung 14,2 juta m3), Bendungan Teritip di Balikpapan (2,43 juta m3), Embung Aji Raden di Balikpapan (0,49 juta m3), Bendungan Samboja di Kutai Kartanegara (5,09 juta m3), Intake Kalhol Sungai Mahakam (0,02 juta m3), dan Bendungan Lempake di Samarinda (0,67 juta m3). (an/bkc)








