Samarinda, Busam.ID – Seorang ibu rumah tangga berinisial SA (36) di Kota Samarinda melaporkan suaminya sendiri, DW (42), ke polisi karena tak tahan atas perlakuan kekerasan yang berulang kali ia alami. Bukan hanya menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), SA dan anak-anaknya juga harus menghadapi suaminya yang pecandu narkoba.
Laporan SA masuk ke Polsek Sungai Pinang, Sabtu malam (9/11/2024). SA mengaku, sang suami kerap melakukan KDRT setelah mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu. Tidak hanya dirinya, anak-anaknya pun menjadi sasaran kekerasan suaminya tersebut.
“Dia (DW) pecandu sabu. Setiap kali habis pakai, pasti efeknya ke saya dan anak-anak. Padahal anak-anak tidak salah apa-apa,” terang SA, Minggu (10/11/2024).
SA bercerita, KDRT itu sudah berlangsung sejak lama. Ia baru menyadari kecanduan suaminya setahun setelah mereka menikah, 2008. “Anak pertama saya sudah sering dipukul sejak kecil, bahkan sampai sekarang, dia sudah SMA. Tiga bulan terakhir, dia semakin kasar pada kami,” jelas SA.
Tak tahan lagi, SA mengaku akhirnya harus memberanikan diri melapor ke polisi setelah anak-anaknya mendesak melakukan laporan tersebut. Dalam kondisi penuh ancaman, ia berpura-pura ingin keluar membeli jajanan untuk anaknya agar bisa meninggalkan rumah.
“Anak saya bilang, mau sampai kapan begini, Bu?, saya sampai memohon ampun ke dia, karena DW sudah keluarkan parang dan mengancam kami,” jelasnya.
Pihak kepolisian segera bertindak dan menangkap DW di rumahnya. Polisi juga mengamankan barang bukti berupa parang, sisa sabu dalam pipet, dan alat sedotan. DW ternyata pernah dipenjara pada 2010 karena kasus narkoba. Namun, hukuman 1,5 tahun penjara tak membuatnya berhenti menggunakan sabu. Menurut SA, DW hanya menjadi lebih kasar.
Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim, Rina Zainun, mengatakan SA sudah meminta pendampingan beberapa bulan terakhir, namun proses pelaporan membutuhkan bukti kuat seperti visum. Akhirnya, SA disarankan merekam bukti kekerasan.
“Karena semalam ada ancaman dengan senjata tajam, laporan langsung diterima, dan DW segera diamankan,” kata Rina.
Saat ini, SA dan kelima anaknya mendapat pendampingan dari tim TRC PPA. Beberapa anaknya bahkan menjalani hipnoterapi untuk mengatasi trauma yang dialami. “Dua anaknya kami bawa untuk hipnoterapi, sementara tiga anak lainnya kami rujuk ke UPTD PPA untuk pendampingan psikologis,” ujar Rina. (zul)
Editor: M Khaidir